Cari Blog Ini

Kamis, 27 November 2014

Don't Forget Me

            Entah dimana kau berada sekarang. Aku sudah lelah menantimu. Ku tunggu kau sejak kita berpisah saat kelas 6 dan hingga sekarang saat kita sudah kelas 9 SMP. Ku tunggu kau di tepi danau ini setiap hari. Danau dimana pertama kali aku dan kau bertemu.
Sebelum kau pergi, kau berjanji padaku, “Chel, aku akan kembali ke taman ini untuk menemuimu suatu saat nanti. Aku janji. Jadi, tunggulah aku disini,”. Namun, sudah sekian tahun aku kembali ke danau ini. Ku kunjungi danau ini setiap sore. Berharap kau datang kembali menemuiku, Zan. Namun apa? Hasilnya nihil. Kau tak pernah ke danau ini. Terakhir kali kau ke danau ini adalah saat libur Ujian Nasional berakhir. Kau melanjutkan pendidikanmu di Bandung. Aku paham. Kau memang cerdas dan sangat butuh waktu untuk belajar. Tapi apakah kau terlalu fokus akan pendidikanmu dan melupakan aku? Mungkin sebelumnya aku tidak mempercayai itu. Namun setelah otak-ku berfikir ulang, hati kecilku mulai bersikeras bahwa kau sudah melupakanku.
            Zan, apakah kau lupa akan keberadaanku? Apa kau tak ingat akan danau ini? Kuharap tidak. Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Ingatkah kau betapa konyol-nya aku saat kau mengejarku hingga aku terjatuh di danau? Namun, engkau yang masih berusia 7 tahun itu berusaha berenang dan menyelamatkan nyawaku. Dan saat kau mencelemotkan ice cream ke pipi-ku dan kau mengelapnya kembali. Itulah momen yang paling ku ingat di taman ini bersamamu. Mungkin, kau sudah lupa akan momen ini.
***
            Ku tatap jendela kamarku yang lembab karena hujan. Ku ingat masa-masa kecil-ku bersamamu. Saat hujan tiba, kau selalu mengajak-ku ke atas rumah pohon untuk berteduh. Disana, kau ceritakan banyak hal kepadaku. Memang. Kau memang banyak berbicara. Tapi, hal itulah yang membuat-ku tertarik akan dirimu. Kau tak pernah melewatkan momen-monen berharga dalam hidupmu. Begitupun aku. Aku juga tidak melupakan momen-momen penting dalam hidupku. Terutama saat bersamamu. Aku merindukanmu, Chel. Aku teringat akan janji-ku kepadamu. Maafkan aku. Aku telah mengingkari janji-ku sendiri. Aku sadar itu. Betapa bodoh-nya aku mengingkari janji-ku sendiri. Betapa tega-nya aku membiarkanmu menunggu-ku selama itu. Chel, bagaimana kabarmu? Ku harap engkau tetap sama seperti dulu. Aku rindu wajah imut-mu. Rambut-mu yang sering kau kuncir dua kala itu. Ah, aku tidak sabar menemui-mu.
             Aku ingin kembali ke danau itu. Danau dimana kita dipertemukan. Dan di danau itu juga, kita harus terpisah. Aku rindu tempat itu. Yang aku ingat, kau selalu memejamkan mata-mu dan membayangkan sesuatu di pinggir danau itu. Kau mengajak-ku untuk ber-imajinasi. Lihatlah. Betapa berharga-nya kau dalam hidup-ku. Tanpa-mu mungkin aku tak akan bisa memikirkan masa depan-ku. Chel, aku ingin bertemu denganmu. Namun, apa kau juga merasakan apa yang aku rasakan? Apa kau juga rindu padaku? Kuharap iya.
            Oh, ya. Apakah sudah ada yang menggantikan posisi-ku sebagai sahabat terbaik dalam hidup-mu? Jika ada, apa itu pertanda bahwa kau sudah melupakanku? Dan jika tidak ada, apa itu pertanda kau masih setia kepada-ku? Pertanyan itu selalu mengantuiku. Dan ku harap kau masih setia menjadi sahabat terbaik-ku, Chelsea.
***
            2 tahun berlalu. Kini, aku sedang berada di danau ini. Danau tempat kita bertemu dan terpisah. Berangsur-angsur aku sudah jarang ke danau ini. Aku mulai melupakan tempat yang membuatku merasa sangat kehilangan ini. Tapi tenang saja. Aku tidak melupakanmu. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa dan tidak akan pernah melupakanmu, Zan. Kau terlalu berharga bagi-ku. Mungkin aku tak begitu berharga di hidup-mu selagi kau masih terus fokus akan kependidikan-mu.  Aku mengerti itu Zan. Dan aku dapat menerima itu.
            Tapi, sifat acuh-mu yang tidak dapat ku terima. Mengapa sampai sekarang kau belum juga ke danau ini? Se-sibuk itukah kau? Tidak adakah libur untuk dapat kembali ke Jakarta dan menemuiku? Jika kau benar tidak bisa, mengapa kau tidak menelpon-ku saja untuk sekedar menanyakan kabar? Ah, lupakan saja. Yang aku ingin sekarang, temui-lah aku untuk sebentar saja. Sebelum kita benar-benar tidak dapat bertemu untuk selamanya.
***
            Astaga. Tak terasa 2 tahun sudah berlalu. Rencana-nya, aku akan menemui-mu. Aku rindu padamu, Chel! Ku harap kau masih disana. Di danau itu. Ku harap kau masih menanti kedatangan-ku. Aku janji. Sesampainya di Jakarta, aku akan langsung ke danau itu. Hati-ku sudah tak kuat lagi untuk menahan kerinduan ini. Chelsea, akan kutepati janji-ku dahulu. Bagaimana-pun caranya, aku akan ke Jakarta sore ini. Orang tua-ku menyetujui itu. Kurasa, ini-lah saat yang tepat untuk kita dipertemukan.
            Chel, tetaplah di danau itu. Tunggu-lah aku disana. Aku tak akan mengecewakanmu lagi Chel. Aku tak ingin melihatmu menangis karena aku. Jangan buang air mata-mu untuk hal yang sia-sia seperti memikirkan-ku. Tenang-lah Chel. Aku selalu memikirkanmu. Tak sedikit-pun aku melupakan akan dikau yang ceria nan manis itu. Aku sangat menyayangimu, Chel. Entah bagaimana perasaanku kepada-mu. Mungkin aku menyukaimu. Tidak. Aku tidak menyukaimu lagi. Tapi aku mencintaimu. Bertahun-tahun kita bersahabat. Aku pun tak yakin rasa ini akan datang. Tapi hatiku berkata lain. Hatiku berkata aku mencintaimu. Iya, Chel. Aku mencintaimu.
***
            Lama nian kita berpisah. Sangat lama. Dan hari ini, kita dipertemukan. Di danau yang penuh kenangan ini, kita berjumpa lagi. Kita sudah berubah. Kita sudah dewasa. Tapi, keyakinan kita tetap sama. Kita masih menganggap ‘kau’-lah sahabatku. Ya. Kita masih sahabat dan mungkin untuk selamanya. 5 tahun terpisah dan sehari dipertemukan. Perasaan kita sama. Tentu saja bunga-bunga di hati kita sedang bermekaran melihat kita sedang bahagia. Bertemu ‘kau’ merupakan hal yang terindah yang aku rasakan. Dan berpisah dengan ‘kau’ merupakan hal terpahit yang pernah aku rasakan. Kita berharap hal itu tak akan terulang lagi. Aku dan kau saling menyayangi satu sama lain. Kita sudah besar. Kita tau apa itu perasaan. Hati-pun tak bisa membohongi itu. “Aku menyukaimu,”. Mungkin kalimat itulah yang akan kami ucapkan. Lama sudah kami memendam perasaan ini. Kami paham. Kami harus mengatakan itu. Harus. Karena kesempatan ini tak datang untuk yang kedua kali-nya. Sesudah ini, mungkin kita akan fokus ke pendidikan masing-masing. Kita akan lebih jarang bertemu. Jadi, jangan sampai momen ini terlewat.
            “Chel, maafkan aku yang telah mengingkari janjiku,” ucap Fauzan sembari menunduk-kan kepala-nya.
“Tak apa. Aku mengerti keadaanmu,” kata Chelsea.
“Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak bermaksud meninggalkanmu tanpa alasan,”. Fauzan memasang wajah bersalah.
“Aku memaafkanmu,”.Chelsea tersenyum.
“Terimakasih Chelsea,” ucap Fauzan.
Chelsea hanya mengangguk.
“Chelsea, terimakasih telah menungguku di sini. Kau masih setia menantiku disini. Aku sadar aku terlalu lama meninggalkanmu. Maaf aku sudah berperasaan buruk kepada-mu. Kukira kau sudah melupakanku. Tapi aku salah. Kau masih setia padaku. Terimakasih,” kata Fauzan senang.
Chelsea menjawab, “Sama-sama Fauzan. Sebelumnya, aku juga sempat berfikir kau melupakanku. Ku kira kau terlalu fokus dengan pendidikanmu. Sehingga kau melupakanku. Tapi aku salah,”
Fauzan memeluk Chelsea.
“Aku mengerti, Chelsea. Aku menyayangimu,”

“Aku juga, Fauzan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar